Puisi dan Motivasi

betapapun kita telah mengunjungi dunia ini berulang kali. ketika kita bangun dari tidur, mata kita yang menyala seiring dengan matahari subuh. kita tak akan pernah mengetahui kemana kita akan berlabuh.

Puisi dengan serangkaian sebutan lainnya: pantun, sajak, sanjak, syair, soneta, dkk merupakan salah satu bagian dari peningkatan kejiwaan kita. dengan syair yang menggugah serupa tulisan Iqbal tentang cinta, tulisan RUmi tentang tazkiyah, tulisan buya Hamka tentang islam dan kenegaraan, tulisan Amir Hamzah tentang tuntunan hidup sampai tulisan-tulisan liar yang menyatakan pandangan hidupnya: kita dapat mengambil semangat / motivasi didalamnya. sebagaimana seorang Umar Bin Khattab mengatakan "ajarilah anakmu dengan sastra, kalau dia penakut niscaya akan menjadi pemberani"

selain itu muncul juga dari alam jiwa kita ketika mulai menulis puisi serupa kegundahan, tolok ukur, pikiran, serta nilai-nilai diri yang terus kita jaga. ini akan benar-benar membebaskan.

meskipun demikian, syair, puisi, sajak, sanjak, pantun,dkk tidak akan memberikan apapun, bahkan hanya akan _maaf_'nyampah'kalau tidak dilandasi tujuan yang jelas. hanya mengumbar perasaan tanpa solusi, kekeruhan, dan serangkaian gambaran lain. ada juga yang mengatakan sastra itu wahana kebebasan termasuk pornografi, maka bagi mereka saya hanya mendoakan semoga dapat di luruskan. atau sekalian dipatahkan...

maaf kalau menyinggung...he he he

4 komentar:

  wiwidia

11 Juni 2009 pukul 16.15

om...biar sesekali g ngurusin sajak melulu...mau ga dimintai tolong jadi editor essay...bantu saya,ni lagi disuruh jadi editor 50 tulisan essay...serius...serius...

  DIARY PETUALANG

12 Juni 2009 pukul 04.13

Hm... sajak memang menarik..sih.... sangat cantik seperti mawar....

50 di edit. mau diterbitkan di mana? bisa ajah tuh....

  attien...

13 Juni 2009 pukul 03.30

ada yang bilang, klo puisi dan sederatan nama penggantinya itu adalah bagi mereka yang irit kata. tapi apa peduli kita. sederetan kata itu memang begitu cantik. mereka begitu lugu. luluh di hati penyair -penyair yang utuh

  DIARY PETUALANG

13 Juni 2009 pukul 15.14

waduh maaf, saya tidak tahu logika dari mana itu...

sebab yang di sebut puisi senantiasa lahir dari luka...

luka sosial
luka pemikiran
luka lainnya juga....

paling tidak ini yang dikatakan para penyair. Faisal Kamandobat, Evi Idawati, Rendra, Taufik Ismail, Bahkan Ust Rahmad Abdullah...

yang lahir tanpa keterlukaan hanya bermain kata... bkan puisi...