Berpilin Di Putaran Gasing



diputaran gasing
aku ikut berpilin
memilin hidup
juga matiku
biar sempurna
sebagai taufan
yang mengangkat tubuhmu
kelangit luas

jika kau telah sampai
sampaikan pada awan
untuk mengirimi tangisnya
biar kubasuh wajah, tangan
dan ubun-ubun ibundaku
dengan tangisnya yang suci...

Kita Senantiasa Berbahasa


kita senantiasa berbahasa
dengan angin, unsur, bahkan binatang
tak perlu menjadi Sulaiman tuk berbincang dengan mereka
cukup memahami
bahwa nafas adalah bahasa angin
jasad adalah bahasa unsur
dan aum adalah bahasa binatang

lantas kutanya ulang
siapa mencipta macan dijiwamu
sehingga kita senantiasa berseteru?
apakah negeri ini malas menjadi hutan
biar ramai tapi damai...

Hutan



hutan yang kau tanam dijantungku merimbun
setia menolak sinar matahari
serta tekun menenun suara jangkrik
siapa bersembunyi dibalik pohon
siapa menangis di bayang bayang
agaknya kita yang tak tahan
dengan keramaian dan sinar menyilaukan

wahai hutan dijiwa yang memahami seluruh pohon
kirim kami daun-daunmu
serta ranting kering
biar kami jadikan atap bagi hidup
yang serasa mati ini

2010

siapa menoreh luka



siapa menoreh luka
siapa merasa terluka
siapa bisa merasa?

aku bertanya
langit menjawab
dengan mendung
serta rintih hujan
di daun-daun
aku tak mau
mendengarmu

siapa mau merasa
diluka berulang juga
pakai belati yang sama?

kembali kerumah lama

waktu kembali kerumah lama ini aku mendapati dindingnya perlu dipoles, lantainya perlu disapu, dan juga taman depan lebih mirip dengan hutan... ah... agaknya aku perlu menyingsingkan lengan bajuku dan mulai bekerja... aduhai kapan ya ada yang membantu pekerjaan rumah ini....