Pelayat dan Album Kenangan


Rembulan pucat bergaun hitam
Datang sebagai pelayat
Hadiri mataku
Menyusup diantara pupil mata
Untuk menyapa segala
Kenangan yang terselip diantara lidah dan rambutku

Segera rembulan itu hadir
Segenap rasa pada lidah usia
Maupun aroma pada hidung dan hidupku
Berkabung
dengan menyajikan hidangan (atau mayat) ingatan
Potret hitam putih
Pada sebuah album
Untuk kau buka lembar demi lembarnya

Bila hadir
Hadirlah
Cermati satu persatu potret itu
Ambil satu, bingkai dengan air matamu
Aroma doa kepasrahan
Yang terkapar tak terjawab Tuhan

O, para pelayat kenangan
Menjelma rembulan
Menjelma gumintang
Pada mataku yang malam
Rasuki hidupku yang lelap

2009

3 komentar:

  Anonim

26 Juni 2009 pukul 23.28

hmmm.. ngeri ngbaca judulnya! :D

  DIARY PETUALANG

27 Juni 2009 pukul 01.31

memang kadang nyleneh je... thanks bertamu kerumah saya...

  attien...

28 Juni 2009 pukul 20.07

kawan, masih ada matahari yang terangnya membuat berseri sepanjang inci bumi di keesokan hari. yang berjanji setia padamu untuk segera datang ditiap pertemuanmu dengan rembulan pucat itu