Bangunan Logika Dan Perasaan Massa Dalam Percaturan Langit

Logika dan perasaan adalah dua bagian dalam tubuh manusia yang terlampau berharga untuk dibuang. ia merupakan susunan tak terlewat dari hidup kita sebagai manusia. logika dan perasaan tersebut masing masing masih bisa di bagi menjadi dua bagian, dimana satu bagian adalah logika dan perasaan umum serta yang kedua adalah yang lebih bersifat ruhiyah atau logika dan perasaan 'langiti'(saya lebih suka menyebutnya demikian)

logika dan perasaan secara umum dapat di lihat dari sinetron-sinetron (yang makin hari makin mengerikan sekaligus menggelikan), film, bahkan berita politik negara kita. logika semacam ini mengingatkan saya pada sebuah cerita:

suatu hari seorang pelaut muda berlayar dengan pelaut tua. sang pelaut muda menantang pelaut tua ' hei pak tua, mari kita beradu cepat menyeberang selat ini'. sang pelaut tua hanya tersenyum, maka dimulailah perlombaan menyeberang selat tadi.sang pelaut muda langsung membelah ombak dan berlayar, sedangkan pelaut tua mengambil bekal dan malah makan-makan di pantai.

'usia tua memang membuat orang menjadi lambat' pikir sang pelaut muda. ia terus berlayar, sampai selang berapa lama badai menghantam, sang pelaut muda mengarahkan layar, mendayung cadik, serta serangkaian tindakan lain yang mengesankan. dalam waktu dua jam, sang pelaut muda telah kehabisan tenaga dan layar perahunya pun sudah patah. ia memutuskan untuk beristirahat dan memperbaiki layar.

tiga hari kemudian, dengan sisa-sisa tenaga dan bekal yang ada pelaut muda sampai juga di sebuah pulau. ia berhasil melintasi selat. 'ah kalau aku saja perlu tiga hari untuk menyeberang, pasti pak tua itu satu bulan. aku bisa beristirahat dulu di warung itu' kebetulan ada warung di tepi pantai. pelaut muda itu berjalan terhuyung, perutnya kelaparan dan tubuhnya benar-benar lelah.

sesampainya di warung ia begitu terkejut melihat pak tua sedang menyeruput kopi panas. tidak terlihat jejak-jejak kelelahan di mata dan tubuh pak tua itu. pelaut muda yang kaget itu tak bisa berbicara apapun, pak tua langsung berbicara dengan tenang dan menentramkan

"Nak, kamu datang untuk menaklukan laut dan laut yang menaklukanmu
sedangkan saya, orang tua ini datang untuk memeluk laut, maka laut menghantarkanku sampai di pulau ini lebih cepat"

belakangan diketahui bahwa pak tua itu duduk dan makan karena melihat burung camar yang beterbangan menepi. pertanda badai dan baru berlayar setelah badai reda.

nah, bangunan logika semacam ini seperti menggambarkan bangunan logika umum (pelaut muda: dengan tenanga, pikiran, dan energi besar bisa mencapai pulau lebih cepat) atau logika langit (pak tua: alam memiliki hukum sendiri, berdamailah dengan satu hukum untuk melampaui hukum alam yang lain)

begitu pula dengan perasaan. perasaan umum akan mengalahkan nilai, sedangkan perasaan langit akan mendahulukan nilai, walaupun terasa pahit saat memutuskannya. ini akan di bahas kemudian hari (kalau ingat... wkk)

3 komentar:

  Anonim

21 Juni 2009 pukul 22.33

Seringkali banyak hal yang menyentak logika dalam alam realita yang melewati batas asa. Hanya orang yang mempunyai ketajaman mata hati yang mampu memutuskan semua hal yang teramat sulit sehingga mereka mampu menghasilkan solusi yang tepat walau mungkin akal kita tak mampu mencapai hakikat substansinya dengan cepat apa-apa yang diputuskannya. Adakah kita bisa seperti mereka? Bisa..asal kita menjaga kebeningan hati kita (sok tahu MODE ON)

  yanti

22 Juni 2009 pukul 03.05

Yang muda punya kelebihan.. Yang tua punya kelebihan.. Yang muda punya kekurangan yang tuapun punya kekurangan..
Indah ya.. kalau di negara ini.. ada kerjasama yang baik antara yang tua dan muda..
Semoga segera terlaksana

  DIARY PETUALANG

22 Juni 2009 pukul 20.46

@akh hanief
mantabz....

@yanti
semoga ya...