Sajak Di Tilap Malam

Malam beranjak sekejap lalu rembulan penuh
ini tubuh berbara cinta pernah. padam.
sempurna menanti lesat anak panah ajal berpuluh
kini tak mampu membendung takdir mendentam

ada yang berlalu di urat nadiku
mengetahui engkau
memaku namaku di dinding putih
hingga berdarah merintih

o, tak perlu sesal pada hati yang tikam aku, berbalik
sebab ini jiwa bukan punyamu
sebab ini jiwa punya khalik
dan musnahlah namamu
dari tiap huruf kataku

dan sambil menenggak tuak dari langit
aku mengira jari telah terputus gigit
cuma sekali, habis sudah mati
tapi kembali berdiri jadi jasad bertubuh besi

Tuhan, karna Mu tubuhku berdiri jadi besi
karnamu aku mengubur bunga kuning tanpa nama ini
pada persemayaman abadi
menanti Kau berkenan
menumbuhkan kuncup mawar di jantungku

090509

7 komentar:

  Anonim

11 Mei 2009 pukul 20.16

menemukan sebuah kutipan...
kau mungkin pernah mbacanya...

"dalam makna memberi posisi kita sangat kuat:
kita tak perlu kecewa atau terhina dengan penolakan, atau lemah atau melankolik saat kasih kandas karena takdir Nya, sebab disini kita justru sedang melakukan "pekerjaan jiwa" yang besar dan agung : MENCINTAI

-anismatta-

maka slalu siapkan tanahmu untuk ditanami mawar, karena mungkin saja ada benih mawar yang diterbangkan angin hingga tiba di tanahmu...

akudanlembayungku..

  attien...

14 Mei 2009 pukul 02.46

Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
  Anonim

14 Mei 2009 pukul 02.47

sekarang bunga kuning itu telah membusuk di tanahmu
dimakan cacing-cacing yang menggembur bersama hara
sebagai pupuk untuk mawar yang akan kau tanam
karena Alloh telah memilihkan demikian. bukan aku

  fajar

14 Mei 2009 pukul 17.52

sajak ini lenggak lenggoknya sama kayak chairil anwar

pengalihan
pengalihan
kemantapan

  Anonim

15 Mei 2009 pukul 01.20

Kalau pada akhirnya akan patah ditengah, lalu kenapa harus merasakan yang namanya MENCINTAI?

  DIARY PETUALANG

19 Mei 2009 pukul 23.15

terimakasih banyak semuanya
dan kok banyak yang anonim ya

semoga bukan karena kepengecutan... wkkk

  Anonim

11 Juni 2009 pukul 01.27

itu tadi karena mencintai adalah pekerjaan jiwa yang besar dan agung...
dan tak semua orang bisa mencintai terlebih dengan sebuah keikhlasan...